Kunjungan Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi Prof. Stella Crhistie di Politeknik ATMI Surakarta



ATMI BIZDEC – Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi H.E. Prof. Stella Christie, Ph.D bersama dengan timnya mengunjungi Politeknik ATMI Surakarta pada hari ( 07/02), dalam kunjungannya Prof. Stella menyampaikan pesan dari Presiden Prabowo Subianto bahwa Sumber Daya Manusia, Sains dan Teknologi adalah kinerja sangat penting, dalam 4 kinerja pemerintah menyebutkan bahwa terobosan teknologi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara, beliau juga menginginkan kemajuan sains dan teknologi di Indonesia langsung di dukung oleh perguruan tinggi vokasi maupun perguruan tinggi akademik, vokasi tidak lagi menjadi kelas dua namun ada beberapa program yang masih dikhususkan untuk perguruan tinggi vokasi tapi untuk segi dana riset akan dibuka selebar- lebarnya.
Dalam Risetnya Prof. Stella menyebutkan bahwa pendidikan vokasi yang berhasil adalah menerapkan sistem pendidikan di swissterland “ di kebanyakan perguruan tinngi vokasi yang berhasil salah satunya di Jerman itu setidak – tidaknya 30% dari masa pendidikan itu dihabiskan langsung di Industri, dan di ATMI sendiri sudah berjalan dengan baik dan untuk kualitasnya yang luar biasa ”, kata Prof. Stella Christie, maka selaras dengan riset tersebut kemdiktisaintek ingin meningkatkan jumlah perguruan tinggi vokasi, meskipun sekarang masih berada pada 8% dan kita lihat ekonomi di Indonesia 60% dari ekonomi Indonesia adalah sektor informal, sehingga sektor informal ini adalah suatu yang cepat perubahannya juga cukup melekat akan menguntungkan untuk perekonomian kita jika sector informal ini akan lebih diserap oleh perguruan tinggi vokasi sehingga informalitas ini akan menjadi formal dengan adanya pelatihan yang sesungguhnya.

Pendidikan Vokasi juga memiliki Tantangan yang kompleks dari ekstern maupun intern, Politeknik ATMI Surakarta menyampaikan beberapa tantangan yang sering dihadapi pada perguruan tinggi vokasi salah satunya pada meningkatkan jumlah mahasiswa tentu harus menambah infrastruktur untuk praktik, padahal cukup diketahui harga mesin cukup mahal, kedua jika mahasiswa semakin banyak juga harus meningkatkan jumlah instruktur dan persyaratan sebagai tenaga pendidik juga semakin banyak tuntutannya. Kemudian saat akreditasi pendidikan vokasi, assessor selalu menanyakan pertanyaan yang standar, standar pertanyaan yang dipakai adalah dasar pendidikan akademik, assessor memberi pertanyaan seperti jumlah buku yang ada diperpustakaan, berapa pengajar dengan lulusan S3, padahal vokasi mendidik mahasiswa menjadi orang yang kompeten pada pekerjaan yang membuat dan menciptakan sesuatu, kenapa tidak memberikan pertanyaan sesuai dengan kebutuhan vokasi seperti berapa jumlah mesin yang ada, berapa lulusan sekolah yang diterima di industry, maka dalam akreditasi tersebut harus dibedakan antara sekolah akademik dan vokasi.
Saat menghadapi tantangan tersebut maka Politeknik ATMI Surakarta ketika jumlah mahasiswa ditambah maka pada jejaring industri harus menerima penawaran, karena dalam menyelanggarakan pendidikan tidaklah sendiri dapat bantuan dari pelanggan yang mempercayakan produknya agar dibuat oleh mahasiswa, serta mempertahankan system dual scoling concept dimana hasil pengajaran berbasis produk ini semuanya dapat diserap dan dibeli oleh industri, maka aliran materi atau silabus dari pendidikan mengalir ke industri.
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Prof. Stella menyampaikan bahwa dalam kunjungannya di Politeknik ATMI Surakarta banyak mendapatkan informasi yang detail untuk risetnya. “ kami dari kementrian bagaimana kita bias mengetahui memperluas jaringan, bahkan informasi seperti itu terbatas, dari pemerintah kami tidak mengetahui secara total, dan kami tidak mengetahui industri itu butuhnya apa saja, informasi seperti ini harus diperhatikan “, ujar Prof. Stella Christie.